Apakah tunggu degradasi?

Sebelum memulai coba refleksikan pertanyaan ini di benak anda “apakah kata yang bisa mewakilkan persija saat ini?” Jangan jawab #iwanout jangan sebut #fpjahat atau #managementbobrok karena rasanya masalah persija saat ini bukan hanya sebatas hastag dan masalah satu atau dua individu tapi kelompok, komunitas, dan masalah kita semua.

Bukan mencari kambing hitam atau bahkan lagak pahlawan kesiangan, sebuah artikel ini hanya saya tuangkan semata-mata apa yang kini ada dibenak dan pikiran saya kala melihat tim ibu kota yang dibanggakan layaknya ibu tiri yang mencabik-cabik perasaan “anaknya”. 

Awalnya mengganggap biasa, okelah kalah atau seri satu dua kali di awal kompetisi masih bisa dimaklumi (diluar konteks hilangan respect terhadap pelatih dan management), namun nyatanya satu dua kali itu menjadi kebiasaan buruk yang berimbas pada pertandingan-pertandingan selanjutnya. Total 7 pertandingan yang telah dilakoni dari jumlah keseluruhan 16,Persija baru mengantongi 5 point dari perincian 4x kalah, 2x seri, dan 1 kemenangan lewat gol penalty. Hmmmm! Jelas ada yang salah ditim ini. 

Sebuah tim besar, 10 kali mengantongi juara perserikatan dan liga indonesia, langganan klasmen papan atas dan kini harus terseok menjadi penghuni juru kunci klasmen sementara. Harus ada perubahan atau konsekuensinya menelan pil pahit berupa degradasi! Hmmmm!!! 

Buat apa gelar juara trofeo Persija kalau pada akhirnya harus terdegradasi? Apakah kata-kata degradasi masih belum bisa sedikit memecahkan batu di hati anda? Atau anda akan benar-benar terketuk jiwanya jikala tim ini sudah benar-benar degradasi? 

Ahhh! Saya capek melihat skor akhir saat persija bertandingan selalu kalah! Saya capek ketika komentar dari orang terdekat yang terus menerus menanyakan “ada apa dengan persija saat ini?” Saya capek ketika sebuah ucapan “supporternya heboh sendiri kalo ada pertandingan pasti truk/tronton/metromini di stop buat ke stadion, mengganggu pengguna jalan, tapi tim nya masih aja gak menang!” Saya capek bercampur muak! Ketika mereka yang tidak terbiasa mengikuti perkembangan Persija dapat memberi perhatian mereka lewat sebuah pertanyaan dan kritikan, kini anda-anda yang jelas bagian nyata dari tim secara internar justru layaknya antipati dengan gejolak diluar sini.

 Berkata jujur saya sudah bosan mendengar kata “sabar jak, kesetiaan kita lagi diuji” ahhhh!!! Bagi saya kesetiaan ya kesetiaan, prestasi ya prestasi. Kedua ini emang berkaitan namun dapat jalan dan berdiri sendiri-sendiri! Hanya sebuah pertanyaan yang ingin saya utarakan “lantas apakah kesetiaan harus dibayar dengan degradasi, pasrah dengan kondisi kehancuran tim, dan menutup mata serta telinga tentang semua yang terjadi kini?” 

Ketika awal musim loyalitas pemain yang dikambing hitamkan, masalah vinansial tim, cinta serta tanggung jawab yang dikesampingkan, dan kini loyalitas supporter yang dituntut serta dipertanyakan?

 Jika pemain berandai saja loyalitas dapat menghidupi keluarganya, kini supporter pun berandai saja loyalitas dapat memberikan gelar juara.
 Kini bukan sekedar loyalitas tapi kualitas tim yang dibutuhkan untuk terbebas dari zona degradasi!!! Apakah harus degradasi baru kalian sadar?

 —- Saya akui intensitas untuk Persija belakangan ini tersita oleh padatnya jadwal kuliah yang mengharuskan saya melewati beberap pertandingan Persija belakangan ini. Semoga dengan tulisan ini kiranya bisa menebus rasa saya selama ini.

Satu respons untuk “Apakah tunggu degradasi?

Tinggalkan Balasan ke azizmn Batalkan balasan