Saya Terlalu Rapuh (Launching BEPE20PRIDE)

Jakarta, 24 Juni 2014
Sebuah cerita dari acara launching buku sang pemain bola. Cerita dibalik pengalaman pertama kali mengikuti peluncuran sebuah buku. Cerita yang kembali merapuhkan hati ini. Sebelumnya saya mengucapkan selamat dan sukses atas lauching buku BEPE20PRIDE

Ini adalah kali pertama saya mengikuti sebuah launching buku. Sebuah hal yang bagi saya pribadi memang kurang menarik, namun boleh dikata sosok penulis kali ini membuat saya ‘penasaran’. Ya, pada launching buku pertamanya saya memang tidak hadir, maka dari itu kesempatan kali ini saya tidak mau melewatkannya.

Saya bosan! Inilah perasaan saya ditengah-tengah jalannya acara. Bukan karena tidak menikmati atau menghormati jalannya acara tapi saya merasa bosan. Sesungguhnya pembahasan dilaunching ini menarik. Beberapa pertanyaan yang diberikan pun sangat menarik. Tapi saya tetap bosan, mungkin karena duduk diam terlalu lama. Hehe

Dipuncak kebosanan saya mulai gelisah. Duduk mulai tak bisa diam sembari tangan mulai mengotak atik hp. Saya bingung harus bertingkah seperti apa untuk menghilangkan kebosanan ini. Dan tidak lama kemudian semua berubah. Kebosanan yang saya rasakan menjadi sebuah haru. Mata mulai berkaca-kaca. Ahh! Mungkin saya terlalu cengeng tapi saya tidak menutupi rasa ini.

Sebuah pertanyaan simpel yang sudah sering kita dengar. Seorang bapak berkata “saya bukan fans bepe, tapi saya kesini nemenin keponakan saya, dia sangat menggilai bepe, kalo nonton minta ditemenin terus”. Seketika perhatian saya tertuju kepada tersebut. Saya merinding, terasa polos dan tulus ucapan beliau. Bapak tersebut melanjurkan pertanyaannya “bepe kan bisa dikata deket banget sama Persija secara emosional, saya penasaran apa yang membuat bepe seolah “bermusuhan” dengan Persija saat ini?” Jujur mata seketika udah berkaca-kaca. Mungkin terkesan lebay tapi saya tidak bisa menutupi rasa emosional dalam diri ini.

Jawaban yang tidak kalah membuat saya terdiam pun terlontarkan dari mulut beliau. ” Persija adalah cinta abadi saya. Tempat saya hampir dibunuh, patah kaki, topskor, juara, pemain terbaik, dan pertama kali berlaga diliga profesional. Kecintaan tidak selalu diwujudkan dalam pujian atau hal baik saja, jika dia salah kita pny kewajiban untuk mengingatkan. Saya tidak pernah menyesal dengan jalan yang saya pilih karena jalan ini tidak menyakitkan Persija karena niat awal tidak ada ingin menyakitkan” Begitulah kurang lebih jawaban beliau.

Saya masih rapuh ketika Bepe kembali dikaitkan dengan Persija. Jujur ini bukan perkara mudah melihat kenyataan yang ada. Bagaimana pun sosok beliau yang membuat saya bisa mengenal sepakbola dan Persija saat ini. Walau pada akhirnya semua hanya cerita masa lalu. Walau pada akhirnya kenangan tentang sang kapten dan tim ibukota belum bisa dilupakan. Walau pada akhirnya Persija tetap menjadi pilihan dibandingan beliau.

Yah mungkin saya terlalu rapuh.

Sisi lain Stadion

Banyak makna tersimpan dibalik nama stadion, mulai dari sebutan rumah kedua sampai yang menganggapnya tempat ibadah. Selain sebuah sebutan, banyak juga yang memanfaatkan tempat ini mengikuti fungsi utamanya untuk olahraga atau yang menyewanya sebagai tempat konser dan kampanye. Dibalik banyaknya kepentingan atas nama penyewaan stadion, saya pribadi lebih senang menyebut stadion sebagai rumah kedua bagi suporter untuk olahraga khususnya sepakbola.
Rumah kedua, ya! Saya menyebut tempat ini sebagai rumah bagi para suporter dengan keluarga inti mereka semua yang berada di tribun. Dengan teriakan, kebersamaan, cinta, semangat, kecewa, tangis, marah, dan segala sesuatu didalamnya yang dirasakan dan terbagi bersama-sama. Bagi sebagian orang beranggapan stadion adalah tempat yang kurang bersahabat, mungkin anggapan ini muncul dari mindset negatif terhadap suporter yang membangun gambaran mereka terhadap stadion.
Saya tidak pernah lelah untuk mengatakan bahwa stadion tidaklah berbahaya seperti apa yang terkonsep didalam fikiran mereka. Saya tidak berkata mereka salah, mereka pantas memiliki pandangan seperti itu, tapi cobalah mau membuka mata dan telinga melihat mereka sang suporter junior berdiri ditribun tanpa suatu rasa kekhawatiran.
Ide dalam penulisan ini tercetus kala Persija vs persijap di GBK. Seketika banyak diperbincangkan ketika tv yang menyiarkan pertandingan ini terus menerus menyorot para suporter junior. Pembahasan ini merembet kedunia maya dan mulai bermunculan mereka para orangtua yang membawa anak-anaknya ke stadion untuk menyaksikan pertandingan secara langsung.
Dan akhirnya pada pertandingan vs Persik kemarin saya melihat secara langsung para suporter junior tanpa lelah, ragu, dan khawatir berdiri diatas pagar. Seolah terbiasa menjadi pemandu sorak, mereka tidak canggung sama sekali. Mereka bangga! Mereka bahagia! Mereka tidak takut, karena niat mereka mendukung Persija bukan mencari lawan.
Melihat mereka anak-anak yang begitu serius memandang kelapangan dengan rasa takut yang berbeda dengan dengan tante atau om diluar sana. Mereka takut tim kebanggaanya kalah bukan takut akan terjadi kerusuhan, karena mereka percaya mereka aman berada di tribun ini. Terlepas dari bersama orangtua mereka didalam tribun, saya rasa mereka tidak takut karena mereka datang tanpa fikiran akan terjadi kerusuhan.
Percaya atau tidak fikiran kalian akan sebuah hal mempengaruhi terjadi atau tidaknya didalam kehidupan nyata. Tidak perlu takut dan ragu jika kedatangan kalian memang tidak berniat mencari masalah.
Ketika kalian bisa bangga dan mendukung tim luar, kenapa kalian harus apatis akan tim negara kalian sendiri? Lucu saja terdengar dan terlihatnya.

Dari sini saya menemukan orang-orang hebat, orang-orang yang memiliki pemikiran luas dan terbuka. Dari tempat ini ada kebahagiaan, canda, tawa, kebanggaan, dan cinta. Suasana yang muncul menjadi satu, mengikat kami bukan hanya sebagai teman di dalam tribun tapi keluarga. Keluarga yang selalu menjaga satu sama lain.

Jadi, kapan berniat datang ke stadion? 🙂