Untuk-Mu Tuhan, sebuah rangkaian kata yang membentuk tulisan namun bukan hanya sebuah tulisan biasa tapi mengandung permohonan dan harapan.
Lagi dan lagi, manusia hanyalah makhluk ciptaan-Mu yang tak berhenti memanjatkan permohonan, seolah tak ada puasnya, namun kali ini bukan sekedar demi kepuasan individu saja namun banyak orang yang mengharapkan ini.
Saya tahu, saya bukanlah hamba-Mu yang setiap minggu full beribadah bahkan terkadang doa pun lupa saya panjatkan dalam keseharian namun kali ini ada sebuah harapan besar melalui doa dan tulisan ini untuk-Mu yang terletak dari hati ini.
Seperti yang Engkau kehendaki, tertanamnya bibit cinta untuk Tim Sepakbola bernama Persija Jakarta ini membuat bibit itu kian hari kian tumbuh dan rasanya susah untuk ditebang.
Mungkin kini cinta itu sedang dilanda hujan, badai, atau bahkan bencana. Saya pun tak tahu kapan bencana ini akan berhenti mengganggu tim kebanggan yang saya cinta ini.
Rasa amarah itu tentu ada, namun apa gunanya amarah itu? Pada nyatanya tidak menghilangkan masalah. Tetesan air mata? Rasanya mata ini sudah terhenti untuk mengeluarkannya, bukan karena tidak peduli atau masa bodo tapi bendungan untuk seoalah sudah kering.
Bentuk nyata! Mungkin itu yang dapat dilakukan namun apa daya ketika saya pun tak dapat turut serta turun langsung menyuarakannya.
Untuk Tuhan! Mungkin ini yang dapat saya lakukan ketika yang lain memberi sinyal putus asa dengan keadaan yang seolah tak bisa diselamatkan lagi. Sebuah doa yang dipanjatkan untuk keutuhan tim ini, saya yakin tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Keu-Tuhan, sebuah harapan kepada Tuhan yang terselip lewat kata itu.
Ya Tuhan, jika waktu yang lalu saya telah menulis sebuah surat untuk sepakbola Indonesia, kini sebuah doa yang terselip lewat rangkaian tulisan ini untuk tim kebanggaan yang saya dukung bernama Persija. Mungkin doa terdahulu untuk sepakbola Indonesia belum Engkau kabulkan, namun kini ku mohon dengan kerendahan hati selamatkan Persija kami.
Saya ingin merasakan gelar juara yang pernah dirasakan pada tahun 2001 lalu. Mungkin cinta ini telat tumbuh dan dimengerti namun doa dan harapan ini tak pernah telat menyertai tim ibu kota.
Kami supporter mungkin nampak arogan dan kurang bersahabat, namun itu semua hanyalah sebuah citra yang terlanjur melekat dan seolah tak mau pergi dari kami, sesungguhnya itu semua hanyalah gambaran fisik bukan pada hati kami.
Salah satu doa saya memang telah terkabulkan, dapat berada di tribune stadion mendukung langsung tim kebanggaan, namun apakah rasa kebanggaan(berada di tribue) ini kini akan segera pensiun karena keadaan yang membuat semuanya tinggal kenangan?
Rasanya baru saja doa bagi tim atas “plagiatisme” yang dilakukan para penggila kekuasaan terkabulkan melalui ketokan palu persidangan, namun kini saya rasa masalah itu jauh lebih besar.
Kompetisi akan segera bergulir, tapi apa kabar dengan tim ini?
Ya Tuhan, Engkau pasti tahu siapa yang dibutuhkan. Ikatlah mereka para punggawa macan yang memang layak bersama kami dari godaan tim lain. Campur tangan-Mu dalam masalah ini menyelesaikan semua permasalahan yang ada.
Kirimkanlah orang-orang yang pantas untuk menjaga demi kemajuan tim, hempaskanlah orang-orang tak bertanggung jawab dan gila akan kekuasaan, serta pertahankanlah mereka yang memang layak dan peduli akan tim ini.
Jadilah Persija, tidak menuntut Persija yang dulu atau yang baru tapi Persija yang lebih baik.
Mungkin rasa sedih dan mata berkaca timbul di sebagian orang setelah membaca ini, semoga Tuhan pun sama adanya, namun saya pastikan rasa itu timbul bukan karena tulisan ini tapi karena keadaan dan rasa cinta yang terdapat di dalam hati ini.